Assalamu’alaikum
wr wb
Pada kesempatan kali ini kami menampilkan Muqaddimah beserta dalilnya.
Muqaddimah tersebut adalah:
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ
بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا
هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu
Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa manyahdihillah
falah mudhillalah Wa man yudhlil falaa haadiyalah wa-asy-hadu allaa ilaaha
illallaahu wah-dahu laa syariikalah wa-asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa
rasuuluh.
Kurang lebih jika
diterjemahkan:
Sesungguhnya segala
puji hanya milik ALLAH yang hanya kepadaNya kami memuji, memohon
pertolongan, dan ampunan. Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan
kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak
ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka
tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan
yang berhak diibadahi hanya Allah saja yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan dan RasulNya.
adapun Alur Riwayatnya:
Pengantar khotbah di atas diriwayatkan dari enam sahabat. Mereka adalah: Ibnu Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, Nubaith bin Syarith, dan Aisyah radhiallahu ‘anhum.
Dalam hal ini, kami hanya menyebutkan riwayat Ibnu Mas’ud.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari kami khutbatul hajah … –sebagaimana lafal di atas– ….” (H.r. Abu Daud, An-Nasa’i, Al-Hakim, Daud Ath-Thayalisi, Imam Ahmad, dan Abu Ya ‘la; dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)
Keterangan Umum
Pengantar khotbah di atas disebut sebagai “khutbatul hajah“. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “hajah” pada hadis ini adalah ‘akad nikah’, karena pada acara inilah, umumnya seseorang membaca khutbatul hajah, yang umumnya tidak dibaca pada kesempatan yang lain.
Hanya saja, yang zahir, hadis ini bersifat umum untuk semua hajat dan kepentingan, baik kepentingan akad nikah maupun lainnya. Karena itu, selayaknya seseorang menggunakan pengantar khotbah ini untuk menyampaikan kepentingannya dan semua rencana hidupnya. Demikian keterangan dari Imam Muhammad As-Sindi dalam Hasyiyah (catatan kaki) untuk Sunan Nasa’i, 3:105.
Setelah mengutip pendapat di atas, Syekh Al-Albani memberi komentar, “Pemaknaan ini (‘hajah’ dimaknai dengan ‘nikah’) adalah pemaknaan yang lemah, bahkan keliru, karena adanya riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikannya selain saat akad nikah.” (Khutbatul Hajah, hlm. 31)
Kapan Khotbah ini Diucapkan?
Hadis di atas menunjukkan bahwa pengantar khotbah ini diucapkan ketika ada hajat dan kebutuhan yang hendak disampaikan. Di antaranya adalah ketika hendak melakukan akad nikah atau menyampaikan khotbah jumat. Terdapat keterangan lain, sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut,
عن أبي عبيدة بن عبد الله عن أبيه قال : عَلَّمَنَا
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةَ الْحَاجَةِ [ فِيْ النِّكَاحِ
وَغَيْرِهِ ] : إنَّ الْحَمْدُ لِلّهِ….الخ
Syu’bah bertanya kepada gurunya, Abu
Ishaq, “Apakah ini khusus untuk khotbah nikah atau boleh dibaca pada
kesempatatan lain?” Jawab Abu Ishaq, “Diucapkan pada setiap acara yang
penting.” (Sunan Al-Kubra, karya Al-Baihaqi, no. 13604)
Syu’bah bin Hajjaj adalah salah satu
perawi hadis yang menyebutkan tentang khutbatul hajah.
Cara Baca
Untuk lafal “إن الـحَمْد لِلّهِ” ada
beberapa cara baca:
1.
Huruf nun pada kata “ إن ” ditasydid
dan dal pada kata “ الـحَمْد ” diberi harakat fathah, sehingga dibaca “إنَّ
الـحَمْدَ لِلّهِ”.
2.
Huruf nun pada kata “ إن ” ditasydid
dan dal pada kata “ الـحَمْد ” diberi harakat dhammah, sehingga dibaca “إنَّ
الـحَمْدُ لِلّهِ”. Hal ini sebagaimana keterangan Mula Ali Qari dalam kitab Mirqah
Al-Mashabih.
3.
Huruf nun pada kata “ إن ” tidak
ditasydid dan dal pada kata “ الـحَمْد ” diberi harakat dhammah, sehingga
dibaca “إِنِ الـحَمْدُ لِلّهِ”. Ini sebagaimana keterangan Al-Jazari dalam Tashih
Al-Mashabih.
Semua keterangan di atas disarikan
dari ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, 6:108.
Makna “Amma Ba’du”
Kata “أَمَّا بَعْدُ” sering kita
dengarkan setiap kali seseorang menyampaikan pengantar khotbah. Bisa juga
diungkapkan dengan: “وَبَعْدُ” . Keduanya bermakna sama, yaitu: “adapun
selanjutnya”.
Kalimat ini disebut “فَصْلُ
الخِطَابِ” (kalimat pemisah). Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu
‘anhu bahwa beliau mengatakan, “Orang yang pertama kali mengucapkan ‘amma
ba’du’ adalah Nabi Daud ‘alaihis salam, dan itu adalah fashlal khitab.”
(Al-Awail Ibni Abi Ashim, no. 188; Al-Awail Ath-Thabrani, no. 40)
Allah berfirman,
قَالَ شُعْبَة : قُلْتُ لِأَبِـي إِسحَاق : هَذِهِ فِي خُطبَةِ النِّكَاحِ أَوْ فِي غَيْرِهَا ؟ قَالَ: فِـي كُلِّ حَاجَةٍ
“Kami kuatkan
kerajaannya serta Kami berikan ilmu dan fashlul khitab.” (Q.s. Shad: 20)
Kalimat ini
digunakan untuk memisahkan mukadimah dengan isi dan tema khotbah. Ini merupakan
bagian dari perhatian seseorang terhadap ceramah yang disampaikan. Demikian
keterangan Syekh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumthi’, 1:7.
Anjuran
Para Ulama
Imam Abu Ja’far
Ath-Thahawi mengatakan, dalam mukadimah kitab beliau, Musykilul Atsar, “Saya
mulai kitab ini dengan pembukaan ketika menyampaikan hajat, sebagaimana
perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan
dari berbagai jalur, yang akan kami sebutkan –insya Allah– sebagai berikut.
Innal hamda lillah ….” (Musykilul Atsar, 1:3)
Syekh Muhammad
Hayat As-Sindi mengatakan, “Selayaknya, seseorang menggunakan pengantar khotbah
ini untuk menyampaikan kepentingannya dan semua rencana hidupnya….” (Hasyiyah
untuk Sunan Nasa’i, 3:105)
Imam Asy-Syafi’i
mengatakan, “Khutbatul hajah termasuk hal yang dianjurkan untuk disampaikan
pada awal semua akad, seperti: jual beli, akad nikah, atau yang lainnya.” (Hasyiyah
As-Sindi untuk Sunan Nasa’i, 3:105)
Setelah mengutip
perkataan Imam Syafi’i di atas, Syekh Al-Albani memberi komentar, “Keterangan
ulama yang menganjurkan pengucapan khotbah ini dalam jual beli atau semacamnya
adalah pendapat yang lemah, karena inti akad jual beli dan semacamnya adalah
ijab qabul …. Karena para sahabat yang berjumpa dengan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, hingga manusia zaman sekarang ini pun, sering melakukan
akad tanpa diiringi dengan perkataan tertentu, namun menggunakan gerakan yang
menunjukkan keinginan adanya akad …. (Khutbatul Hajah, hlm. 32)
Syekh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, seseorang yang bergelar muhadditsul
‘ashr (ahli hadis abad ini), menulis buku khusus tentang khutbatul
hajah. Beliau berharap, buku ini bisa menjadi motivasi bagi banyak
orang untuk menghidupkan kembali sunah pembukaan khotbah yang hampir hilang. Di
akhir buku Khutbatul Hajah, Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani mengatakan, “Sesungguhnya, tujuan menulis risalah (buku kecil) ini
adalah menyebarkan sunah yang hampir sudah biasa ditinggalkan banyak orang.
Karenanya, aku tujukan kepada seluruh khatib, da’i, mudarris (pengajar), dan
yang lainnya agar betul-betul menghafalnya, menggunakannya untuk membuka
khotbah-khotbah dan ceramah mereka. Semoga Allah mewujudkan keinginan mereka
dengan sebab khutbatul hajah.” (Khutbatul Hajah, hlm. 33)
selain muqaddimah yang diatas tadi ada muqaddimah yang lain juga lho....... ini dia:
Muqqadimah Lainnya untuk Khotbah
Bagi Anda yang
hendak menggunakan pengantar khotbah yang tidak ada dalilnya, hendaknya tidak
menggunakan pengantar khotbah yang berlebihan, dipaksa-paksakan agar bersajak,
dan mengandung pujian yang berlebihan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Untuk lebih aman, sebaiknya kita gunakan pengantar
khotbah yang pernah disampaikan oleh para ulama dalam buku-buku mereka.
Muqaddimah 1:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini;
dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jikalau Allah tidak
memberi petunjuk kepada kami. Sesungguhnya, telah datang rasul-rasul
Tuhan kami, membawa kebenaran. Diserukan kepada mereka, “ltulah surga
yang diwariskan kepadamu, disebabkan amalan yang dahulu kamu kerjakan.”
Keterangan:
Muqaddimah ini merupakan surat al-A’raf, ayat 43. Pujian disampaikan
oleh penghuni surga, ketika mereka telah melihat kenikmatan yang Allah
berikan kepada mereka.
Muqaddimah 2:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ
الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
Artinya:Segala puji bagi Allah yang memiliki segala perbendaharaan langit dan bumi, serta bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dialah yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
Keterangan:
Mukadimah ini ada di surat Saba, ayat pertama.
Muqaddimah 3:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
Artinya:Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Keterangan:
Mukadimah ini merupakan surat Fathir, ayat 34.
Mukaddimah 4:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا
Artinya:Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Alquran) kepada hamba-Nya, dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.
Keterangan:
Mukadimah ini ada di surat Al-Kahfi, ayat pertama.
Muqaddimah 5:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ
وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
Artinya:Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.
Keterangan:
Mukadimah ini ada di ayat pertama, surat Al-An’am.
Muqaddimah 6:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ
الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ
الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ
Artinya:Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan-Nya kita meminta pertolongan dalam segala urusan dunia dan akhirat. Salawat dan salam tercurah untuk seorang utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua sahabatnya …. Amma ba’du ….
Muqaddimah 7:
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، أَمَّا بَعْدُ
Artinya:Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam tercurah untuk Rasulullah, para keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang tunduk lagi taat kepada beliau. Amma ba’du ….
Muqadimah 8:
الْحَمْدُ
للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ
الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ
Artinya:Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam tercurah untuk seorang utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua sahabatnya …. Amma ba’du ….
Muqaddimah 9:
الْحَمْدُ
للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ
وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ
Artinya:Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah untuk seorang nabi dan rasul yang paling mulia, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Amma ba’du ….
Mukaddimah 10:
الْحَمْدُ
للهِ وَكَفَى، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُولِهِ الْـمُصْطَفَى،
وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى، أَمَّا بَعْدُ
Artinya:Segala puji hanya bagi Allah, dan cukup Dia. Salawat dan salam tercurah untuk seorang utusan-Nya yang terpilih, keluarganya, sahabatnya, dan setiap orang yang menempuh jalan hidayah. Amma ba’du ….
Muqaddimah 11:
الْحَمْدُ
للهِ الَّذِي جَعَلَ فِي كُلِّ زَمَانٍ فَتْرَةً مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا
مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى وَيَصْبِرُونَ
مِنْهُمْ عَلَى الْأَذَى، يُـحْيَونَ بِكِتَابِ اللهِ الـمَوْتَى
وَيُبَصِّرُونَ بِنُورِ اللهِ أَهْلَ الْعَمَى، فَكَمْ مِنْ قَتِيْلٍ
لِإِبْلِيْسَ قَدْ أَحْيَوْهُ وَكَمْ مِنْ ضَالٍّ تَائِهٍ قَدْ هَدَوْهُ
فَمَا أَحْسَنَ أَثَرِهُم عَلَى النَّاسِ وَأَقْبَحَ أَثَرِ النَّاسِ
عَلَيْهِمْ. يُنْفَوْنَ عَنْ كِتَابِ اللهِ تَـحْرِيفَ الغَالِّينَ
وَانْتِحَالَ الـمُبْطِلِينَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِينَ الَّذِيْنَ
عَقَدُوا أُلُوِيَّةَ البِدْعَةِ وَأَطْلَقُوا عِقَالَ الفِتْنَةِ فَهُمْ
مَخْتَلِفُونَ فِي الكِتَابِ مُخَالِفُونَ لِلْكِتَابِ مُجْمِعُونَ عَلَى
مُفَارَقَةِ الكِتَابِ يَقُولُونَ عَلَى اللهِ وَفِي اللهِ وَفِي كِتَابِ
اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَتَكَلَّمُونَ بِالـمُتَشَابِهِ مِنَ الكَلَامِ
وَيُـخْدِعُونَ جُهَّالَ النَّاسِ بِمَا يُشْبِهُونَ عَلَيْهِمْ فَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ فِتَنِ الْمُضِلِّينَ، أَمَّا بَعْدُ
Artinya:Segala puji itu hanya menjadi hak Allah. Dialah Dzat yang memunculkan para ulama yang masih saja tersisa di setiap zaman yang mengalami kekosongan rasul. Para ulama tersebut mendakwahi orang yang tersesat kepada hidayah, dan mereka bersabar atas berbagai gangguan. Dengan kitab Allah, mereka hidupkan orang-orang yang hatinya sudah mati. Mereka perlihatkan cahaya Allah kepada orang yang buta mata hatinya. Betapa banyak korban iblis yang berhasil mereka selamatkan. Betapa banyak orang yang tersesat dan bingung berhasil mereka tunjuki jalan yang benar. Betapa bagus pengaruh mereka di tengah-tengah manusia dan betapa jelek balasan manusia terhadap mereka. Para ulamalah yang mengingkari penyelewengan makna Alquran yang dilakukan oleh orang-orang yang berlebih-lebihan serta pemalsuan yang dibuat oleh para pembela kebatilan. Yaitu, orang-orang yang memasang tali bid’ah dan mengencangkan ikatan fitnah. Mereka memperdebatkan kitabullah, menyelisihi Alquran, dan sepakat untuk keluar dari aturan Alquran. Mereka berbicara atas nama Allah, tentang Allah, dan tentang kitabullah, tanpa dalil. Mereka membicarakan tentang hal yang rancu dan menipu manusia-manusia bodoh dengan kerancuan berpikir yang mereka sebarkan. Kami berlindung kepada Allah dari ujian karena orang-orang yang sesat. Amma ba’du ….
Keterangan:
Mukadimah di atas merupakan mukadimah yang disampaikan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya, Ar-Radd ‘ala Al-Jahmiyah wa Az-Zanadiqah. Banyak ulama yang mengutip pengantar beliau untuk dijadikan pembukaan khotbah atau pun ceramah yang bertajuk “Kesesatan dan Jalan Menyimpang”.
Wallahu a'alam
sumbernya dari http://khotbahjumat.com/mukaddimah-khutbah-jumat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar